Minggu, 14 Oktober 2018
Makna hidup dan pola pikir
"Apapun profesi anda adalah bukan soal benar atau salah dari sudut pandangnya, tapi pada akhirnya sejauh mana dari apa yang menjadi pilihan hidup anda bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat buat orang lain sehingga secara tidak langsung anda mendapatkan keberkahan buat diri anda nantinya baik di dunia ataupun setelahnya"
Anda ingin menjadi seorang pembisnis, rohaniawan, guru/dosen, relawan, atau apapun profesi anda saat ini itu adalah hak anda sepenuhnya karena itu pilihan hidup. Apapun profesi anda jika memamg niatnya baik maka anda sudah sepantasnya mendapatkan jaminan untuk tidak diinterferensi oleh siapapun, jelas sekali lagi ini karena adalah pilihan hidup anda sendiri.
Bukankah sudah kodratnya dari setiap manusia ingin menjadi dan mendapatkan yang terbaik dari setiap detik perjalanan hidupnya? Jadi sudah sepantasnya anda berhak menjadi diri anda sendiri. Permasalahan terkadang muncul ketika seseorang tidak berada pada lingkungan yang tepat. Bukan lingkungannya buruk atau baik tetapi "tidak tepat". Ini adalah masalah dilema besar bagi seseorang tersebut. Banyak saya melihat orang baik yang hidup pada lingkungan yang tidak tepat. Sehingga cara-cara yang dilakukannya bisa saja kotra atau potensinya terbatasi dengan masyarakat di sekitarnya. Banyak hal saya melihat inti permasalahan utamanya karena pola pikir dalam masyarakat itu sendiri.
Pola pikir seseorang sangat mempengaruhi kepada sudut pandang atau cara menilai terhadap sebuah kejadian ataupun cara-cara yang dilakukan orang lain. Sudut pandang atau cara menilai dipengaruhi oleh seberapa banyak ilmu atau wawasan dan pengalaman seseorang tersebut. Ini akan menghasilkan hal yang fleksibel dan multiperspektif.
Sedangkan pola pikir sebagian besar dibentuk oleh kondisi tingkatan peradaban di masyarakat itu sendiri.
Pola pikir kritis sangat diperlukam untuk mebangun masyarakat yang lebih sejahtera, saling menghormati dan saling menerima.
Semakin seseorang banyak tau hal maka akan semakin orang itu merasa bodoh dan berhati-hati dalam menilai atau memutuskan sesuatu. Terkadang jauh lebih sulit dalam mengambil sebuah keputusan dalam hal yang dipandang kecil secara umum. Sebaliknya pola pikir dangkal dan sempit lebih cenderung mudah mendogma orang lain dengan mudah hanya berdasarkan sedikit referensi atau acuan dalam menilai sesuatu. Saya berusaha tidak untuk mendiskriminasi orang-orang sepertu itu, ini hanyalah menjelaskan cara berfikir seseorang saja dengan tujuan kita bisa memahami satu sama lain.
Orang yang berwawasan jauh lebih luas akan dengan mudah menilai orang lain yang wawasannya di bawahnya. Kesalahan dalam menilainya hampir kecil dan bisa lebih bijak. Sebaliknya orang yang wawasannya tidak luas dia akan kesulitan memahami orang yang jauh di atasnya, bisa bisa bukan menilai, yang ada hanya menduga-duga dan ini jelas penuh spekulasi kesalahan dalam menilai yang ujungnya berpengaruh terhadap keputusan dari sebuah permasalahan yang dihadapinya.
Saya pikir tidak berlebihan jika saya katakan bahwa Tuhan menciptakan manusia ini supaya semakin maju, cerdas, tetapi berwatak dan bermoral juga. Bukan menjadi golongan orang-orang yang menutup mata dan melihat ke satu pemahaman tertentu saja. Jika anda sudah merasa pintar dan benar maka disitulah sebetulnya moment anda menyatakan berhenti dari belajar.
Bukankah sudah ada penjelasan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dari mulai kulit, ras, budaya dan lain-lain tujuannya supaya kita saling mengenal.
Saya pikir ini sebuah isi dalam sebuah ayat Al-Quran yang begitu dalam maknanya. Bahasa "saling mengenal" jelas perlu kita dalami. Kenapa saling mengenal? Ya biar tau, kalau tau maka bisa menilai. Kalau gak tau ya bagaimana kita bisa menilai sesuatu lebih baik atau tidak, salah atau benar? Kalau tidak saling kenal ya tidak saling tau, yang ada malah sok tau, dan sok sudah paling benar.
Jika anda ingin tau manusia itu seperti apa maka belajarlah sejarah manusia dan pedabannya sesuai jamannya. Masuklah anda ke masa lalu, dan tempatkan bagaimana cara berpikir orang orang di masa lalu itu dengan keterbatasan wawasan di masa itu, dengan keterbatasan bahasa dan kosa kata di masa itu, tentu anda akan memahami ketika menilai sebuah sejarah masa lalu dengan bahasa saat ini pasti berbeda. Kita jangan terlalu berekspetasi tinggi dengan masa lalu. Berfikir realistis sangat perlu sehingga nantinya kita mampu menemukan banyak kekurangan di masa lalu tersebut.
Kalau anda merasa di masa lalu ada sesuatu yang sudah sempurna maka ya sudah anda secara tidak kangsung memblokir pikiran anda untuk terus berkembang. Faktanya manusia itu berevolusi. Jangka waktu evolusi dari sebuah peradaban hanya bisa diukur dalam skala waktu yang tidak sedikit. Bisa ratusan, ribuan, sampai jutaan tahun lamanya. Artinya kejadian pada masa 1000 tahun kebelakang yang di anggap salah pada waktu itu bisa saja di anggap benar pada masa sekarang. Begitupun sesuatu yang sekarang anda bela-belain di anggap benar bisa saja beribu-ribu tahun kedepan dianggap salah dan tinggal sejarah. Lalu salahkah anda? Tentu saja tidak bisa disalahkan orang-orang pada jamannya itu tetapi intinya jadi manusia harus terus belajar dan jangan anggap sudah selesai dengan apapun yang ada dalam hidup anda saat ini.
Langganan:
Postingan (Atom)